Welcome To My Blog Panji Novananda

Rabu, 06 Mei 2015

Dialisis Polimerisasi

Untukmu, masa lalu. Sudah lama rasanya hatiku diselubungi namamu. Aku rasa cukup, kepadamu cintaku tak lagi berdegub. Kamu tak perlu tahu bagaimana kabarku. Sebab aku masih menaruh belas kasihan padamu, perempuan yang pernah ada di hati dan semua karyaku. Tak tega aku melihat akhirnya kamu yang kehilangan, meratapi perasaan yang berpindah tanpa perlahan. Deras menuju, hati yang jelas-jelas bukan kamu.

Untukmu, sekarangku. Sudah lama rasanya aku tidak jatuh cinta. Debar bahagia aku siap menyambutnya. Patah hati pun aku terima, yang terpenting kini hatiku bukan lagi tentang dia.

Telah aku bersihkan debu-debu usang yang merekat di dinding hatiku. Menghanguskan sisa ruang yang pernah dia tempati, menyiapkan singgasana untuk satu permaisuri. Iya, satu saja. Aku tak begitu pandai bersiasat untuk berbagi tempat, sehingga melupakan adalah hal yang begitu berat. Namun dibandingkan cintaku, semesta pun terlalu ringan bila aku telah menaruh perasaan.

COWOK IMUT DENGAN SENYUMAN MAUT

Matahari cukup terik. Tapi nggak cukup bikin calon siswa kelas VIII, termasuk gue, buat males nyerbu papan pengumuman di sekolah kebanggaan gue. Pengumuman pembagian kelas. Bukannya lebay atau alay, tapi temen sekelas juga bisa menentukan prestasi. Itu anggapan gue. Gue adalah salah satu siswa teladan dan berprestasi di sekolah. Bukannya sombong, cuma pengen pamer aja. Eh, bukan… maksud gue cuma pengen cerita tentang siapa gue. Meskipun gue dari desa, tapi gue nggak kalah hebat dari temen-temen gue yang dari kota. Itu kalo bicara soal prestasi. Kalo wajah? Penampilan? Ah, gue rasa gue nggak jelek-jelek amat. Iya, emang Amat aja yang jelek. Aduh, gue ngelantur. Padahal tujuan gue kan mau bikin dongeng. Eh, salah… maksud gue cerpen. Sorry. And back to story…

Dari tadi gue cuma bisa gigit jari dan nyimpen rasa penasaran yang teramat dalam ini. Gue kayak orang bego yang cuma bisa bengong di pinggir tembok ngeliat temen-temen gue yang pada rebutan buat ngeliat isi pengumuman. Udah kayak anak ilang kan gue? Hash, gue benci ini. Tapi apa daya? Tubuh gue yang masih setengah besar cenderung kecil nan mungil ini, nggak mungkin ikut nyeruduk-nyeruduk di sana. Oke, gue pasrah. Gue bakalan tunggu sampek papan pengumuman itu sepi.

Senin, 04 Mei 2015

IT'S (NOT) LOVE FOR ME AND YOU

Aku menatap matanya dalam diamku. Memperhatikan tiap lekuk bibirnya yang berbicara. Suara beratnya itu sudah beberapa hari ini ku rindukan. Matanya yang sipit, kulitnya yang putih dan senyumnya yang selalu tersirat dibibir tipisnya itu membuatku memandang sosoknya dengan perasaan berbeda. Aku tahu kita hanya teman. Tapi mengapa terkadang aku merasa diantara kita lebih dari sekedar teman.

William menatapku lekat-lekat sambil mengayunkan tangannya kehadapanku. "Nes, jadi gak kita hari ini karokean? Nanti gue ngajakin Garret, terus lo ngajakin Septa."
"Liat nanti,ya. Septa itu orangnya mood-mood'an. Nanti gue usahain."
"Payah si Septa mah. Padahal SWAG kan udah lama gak ngumpul."
Begitu ucapnya ringan. AKu tahu sebenarnya itu hanya salah satu alasannya saja untuk menutupi gengsinya yang bilang kalau ia sedang bosan di kost melulu sebulanan ini. Alasan yang bagus dengan membawa nama SWAG. SWAG nama kelompok kami yang beranggotakan Septa, William, Agnes dan Garret. Ya benar sebenarnya SWAG itu nama singkat kita berempat saja.

Aku tersenyum kecil " Bilang aja lo bosen di kost, Wil. Ya udah ntar gue jadiin lah. Eh gue balik kelas dulu, Ya?" Akupun membalikan badanku dan hendak melangkah pergi. Namun tangan-tangan besar itu menggengam erat lenganku. Akupun terpaksa berbalik lagi. Dan kita pun bertatapan cukup lama sebelum ia melepaskan tangannya dan berkata "Jangan lupa, Ya."
***