Welcome To My Blog Panji Novananda

Rabu, 29 April 2015

Septum Vasopressin

Kapan terakhir kali kamu bahagia? Kapan terakhir kali kamu membahagiakan seseorang? Sudah lama? Atau sudah lupa?

Baiklah, mari kita memulai semuanya dengan sadar dan sengaja. Seperti rengekan bayi yang mendapatkan peluk ibunya, atau ibarat amplop penyungging senyum di setiap minggu pertama. Ini tidak akan rumit, namun bisa juga menjadi sangat sulit. Sebab bukanlah cinta bila benar-benar sederhana, dan bukanlah hati bila di ketenangannya tak menimbulkan tanya.



Ini tentang hari dimana mentari terbenam tak lagi kuning, melainkan warna pink. Beserta malam yang tak lagi dingin, hingga termometer menyingkir karena tak ada lagi khawatir saat suhu semakin membeku. Ini tentang cinta, dan kesetiaan di dalamnya.



Kapan terakhir kali kamu jatuh cinta? Kapan terakhir kali kamu mencintai seseorang? Sudah lama? Atau sudah lupa?

Doamu mungkin sudah mengangkasa, namun apakah cintamu benar telah dia rasa? Sebab terkadang kita hanya tak pernah mengungkapkan, padahal dia telah memilihmu untuk tinggal di perasaan. Kita pun terlambat. Kita sadar dia begitu berharga setelah kehilangannya. Kita menyesal, mengulang terus kata gagal. Padahal sekalipun kita tak pernah benar-benar berjuang, melawan segala takut untuk menggenggam tangannya dan mengungkapkan sayang.

Kapan terakhir kali kamu rindu? Kapan terakhir kali kamu merindukan seseorang? Sudah lama? Atau sudah lupa?

Meringkuk, memeluk khawatir atas kabar darinya yang tak kunjung mampir. Kita terbelenggu degub jantung sendiri, meretas gugup dan gemetar yang tak kunjung henti. Atas segala pertemuan yang selalu kamu keluhkan karena sebentar, kita begitu kecanduan akan tawa masing-masing yang begitu mendebar. Muka kita akan saling menekuk kala berpisah, padaha; esok hari kita sudah melempar cerita kembali. Kita begitu membingungkan waktu; Iya, kita yang dahulu. Sebab karena waktu juga, diantara kita kini tak ada lagi saling sapa.

Kapan terakhir kali kamu menangis? Kapan terakhir kali kamu menangisi seseorang? Sudah lama? Atau sudah lupa?

Hilir tanpa muara. Begitulah air mata berbicara. Bersama sesal dan kecewa, ia membasahi setiap rongga. Memberi pertanda akan luka, untuk tetap tinggal sementara. Menemani riak-riak benci yang semakin meluap, memberi bingkisan terindah bagi hati yang terlalu meratap. Akan kesedihan yang tak pernah direncanakan, kita begitu hebat menjadikannya perayaan. Hening, begitu sunyi, dan akhirnya kita mengerti; Tak akan pernah ada dia lagi.

Kapan terakhir kali kamu bangkit? Bukan! Bukan untuk seseorang, melainkan untuk dirimu sendiri. Sudah lama? Atau sudah lupa?

Karena kitalah penguasa hati yang sebenarnya. Kita adalah tanggung jawab akan segala rasa, yang muncul baik disengaja ataupun tiba-tiba. Maka, menjadi kuatlah. Berbijaksana menanggapi segala kejadian, terutama akan setiap kegagalan. Percaya akan hari yang lebih baik, esok atau nanti, hidup atau mati. Kita menjadi pribadi yang kokoh melangkah, berani menerima segala cemoohan, dan tiada kesombongan menanggapi segala pujian. Menjadi sosok yang pantas untuk dipilih, dan membuat bersyukur atas beruntungnya satu hati yang kelak akan kita miliki.

Sekarang, mari kita mengulang semuanya dari awal.

Kapan terakhir kali kamu bahagia? Kapan terakhir kali kamu membahagiakan seseorang?
Sudah lama? Atau sudah lupa?

Tidak ada komentar: